Jangan mempersulit yang mudah dan jangan mempermudah yang sulit.
Rabu, 10 September 2014
Pagi Yang Cerah
Pagi ini begitu cerah, meskipun tidak secerah hati saya.
Namun, setidaknya bisa membuat pikiran saya lebih cerah.
Setelah curhat kemarin sore dengan rekan kantor saya. *lagi-lagi kantor. Ya karena masalah pekerjaan dikantor memang telah menyita waktu saya 8 jam setiap hari, belum lagi ketika diluar kantor masih kepikiran sama kerjaan jadi porsi perhatian saya sekarang memang lebih kesana.
Oiya, kembali lagi ke curhat. Setidaknya saya telah menyampaikan kondisi dan beberapa kesulitan saya pada salah seorang rekan yang kebetulan mengerti betul tentang permasalahan yang sedang saya hadapi. Akhirnya beliau memberikan titik terang kepada saya dan bersedia membantu saya walaupun sekedar menyampaikan pemikiran saya kepada atasan yang selama ini saya takut untuk berdebat bahkan sekedar menyampaikan pemikiran saya.
Ketakutan saya ini bukan tidak berdasar, karena pengetahuan dan pengalaman beliau yang begitu luasnya dibanding dengan pengetahuan dan pengalaman saya yang masih cetek ini membuat saya tak mampu bergeming ketika berhadapan dengan beliau. Sebetulnya sikap saya tidak boleh seperti ini, jika apa yang menurut pendapat saya lebih mudah tentu saja harus disampaikan, akan tetapi seringkali saya 'grogi' ketika ditanya-tanya alasan ini itunya yang dimana cara berpikir beliau ini sangat ilmiah sekali.
Ok, kembali lagi soal pekerjaan saya. Akhirnya supervisor saya membuka jalan untuk membandingkan antara kedua metode yang selama ini dianut perusahaan dengan metode yang lebih populer dan mudah dikembangkan. Sehingga nantinya saya punya alasan kuat untuk mempertahankan pemikiran saya dihadapan atasan yang begitu saya segani ini.
Hal ini saja sungguh telah membuat pikiran saya cerah, semangat kembali membara, untuk kembali bereksperimen dalam dunia baru dengan peralatan tempur yang baru. Berangkat ke kantor juga terasa lebih ringan langkahnya. Begitulah jika apa yang kita kerjakan adalah sesuatu yang kita sukai.
Sebenarnya, bekerja ditempat saya sekarang ini sudah lebih dari cukup dari pekerjaan yang selalu saya senandungkan ketika berdoa meminta pekerjaan kepada-NYA dulu. Saya selalu berdoa agar saya mendapat pekerjaan yang sesuai dengan background pendidikan saya. Nah, tidak disangka dan tidak dinyana didalam sebuah perusahaan ini dengan label departement IT yang dulu sangat saya hindari ketika melayangkan lamaran ke perusahaan-perusahaan, disinilah saya menemukan celah kecil yang masih membuat saya betah hingga sekarang. Celah kecil itu bernama pengabulan doa saya oleh yang maha kuasa.
Meskipun berat, karena bekerja itu memang tidak ada yang mudah, tetapi yang membuat saya bertahan disini adalah passion. Dan meskipun pengetahuan saya masih cetek dan mungkin tidak seperti apa yang diharapkan perusahaan terhadap saya dan meskipun proses ini sangat lama dan membutuhkan pemikiran dan kesabaran ekstra, tetapi hal ini sungguhlah menyenangkan bagi saya. Mengerjakan sesuatu yang diinginkan meskipun sulit akan terasa lebih ringan ketika mengerjakan sesuatu yang mudah tetapi tidak disukai.
***Mari Bersyukur***
Kamis, 04 September 2014
Korelasi Antara Musik dan Konsentrasi
Pagi ini tim kami baru saja mendapat 'arahan' dari atasan untuk tidak mendengarkan musik ketika bekerja. Sebenarnya hal ini juga pernah saya dengar dari cerita rekan kerja saya lainnya yang juga disampaikan langsung oleh direksi. Bahkan ketika itu direksi menegur langsung karyawan yang kedapatan mendengarkan musik melalui headset.
Alasannya, berdasarkan penelitian tidak ada korelasinya antara mendengarkan musik dengan peningkatan konsentrasi maupun performa kerja seseorang. Kegiatan yang membutuhkan kita untuk berpikir keras sangat tidak disarankan mendengarkan musik, karena otak yang bekerja antara berpikir keras dengan otak yang bekerja untuk mendengarkan lagu adalah bagian yang berbeda. Apalagi bagi para 'programmer' seperti kami yang membutuhkan konsentrasi dan daya berpikir tinggi.
Lain halnya dengan para desainer misalnya, musik dapat memudahkan mereka dalam mencari inspirasi, karena bagian otak yang digunakan sama. Begitu juga kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara rutin dan tidak membutuhkan pemikiran dan konsentrasi tinggi, juga bisa saja dilakukan sambil mendengarkan musik.
Bagi saya, yang lebih sering mendengarkan musik terutama musik klasik ketika bekerja, tentu saja menolak hal tersebut. Ini adalah reaksi wajar yang dilakukan seseorang ketika ada orang lainnya yang tidak sepakat dengan pendapatnya. Karena bagi saya justru dengan mendengarkan musik, saya lebih dapat berkonsentrasi dengan mudah, tanpa harus mendengarkan suara dari lingkungan kerja saja yang kadang-kadang itu lebih mengganggu konsentrasi saya ketika saya harus berpikir dan merancang suatu kode.
Karena penasaran dan hati kecil saya selalu bertanya-tanya, "itu emang penelitian siapa sih? emang udah valid hasilnya? Harusnya kan beliau bilang berdasarkan penelitian si A misal, tapi ini enggak, bisa aja hasil penelitiannya sendiri? Lagi pula pernyataan bahwa otak yang berpikir dengan otak yang mendengarkan musik tidak bisa bekerja bersamaan jelas tidak masuk akal bagi saya. Bukankah kerja otak itu harus seimbang antara otak kiri dan otak kanan? Trus gimana dengan penelitian yang selama ini justru mendukung background musik ketika bekerja atau belajar? hasil penelitian siapa yang benar?" pertanyaan itu selalu menari-nari diotak saya, hingga setelah selesai dinasehati panjang lebar, tuts keyboard saya langsung mengetikkan kata kunci terkait untuk mencari informasi yang valid.
Beberapa page yang sempat saya buka adalah sebagai berikut:
Memang sih saya belum sempat mencari literatur lebih lanjut, semacam jurnal penelitian, maupun pergi ke situs-situs universitas yang terkait dengan penelitian semacam ini. Tapi setidaknya dari beberapa yang saya baca, memang ada dua pendapat.
Pertama, musik mempengaruhi tingkat konsentrasi maupun performa seseorang. Tetapi ini semua bergantung pada pribadi masing-masing. Ada yang suka mendengarkan musik sambil bekerja agar lebih konsentrasi, maka performanya akan meningkat. Ada yang tidak bisa mendengarkan musik sambil bekerja, maka ketika mereka dipaksa untuk mendengarkan musik, justru akan membuat mereka terganggu.
Kedua, tidak ada kaitannya sama sekali antara mendengarkan musik ketika bekerja akan meningkatkan konsentrasi dan performa kerja. Orang akan lebih baik dalam kondisi yang hening untuk lebih memudahkan mereka berkonsentrasi.
Nah, jadi jelas kan, seperti apa? Di dunia pun hal ini masih menjadi perbincangan hangat. Masih ada dua pendapat yang bertolak belakang, sedangkan ilmuwan juga masih terus menerus melakukan penelitian terhadap hal ini. Karena memahami manusia yang memiliki miliaran karakter berdeda dan cara kerja otaknya yang terdiri dari miliaran sel memang sungguh rumit, sehingga tidak bisa begitu saja mengambil keputusan terhadap sesuatu.
Jadi pendapat dari atasan saya tentu tidak sepenuhnya benar, pun juga dengan pendapat yang mengatakan bahwa ada korelasi antara musik dengan peningkatan konsentrasi juga belum sepenuhnya benar. Harus bagaimana? Kalau saya sih, mendengarkan musik sambil bekerja itu adalah relative, tergantung masing-masing pribadi. Kalau biasa mendengarkan musik dan itu justru membuatmu mudah konsentrasi yang dengarkan lah. Tetapi jika mendengarkan musik justru mengganggu ya jangan dengarkan. Thats it! Feel free to expressing yourself. Tapi berhubung ini diperusahaan yang saya harus manut sama yang ngatur yasudahlah, ikuti saja aturan mainnya. Yang jelas sampai ilmuwan belum bersepakat terhadap hal ini, saya tentu saja masih meragukan pendapat atasan saya yang dengan yakinnya berkata bahwa itu adalah penelitian final dari ilmuwan. :)
Langganan:
Postingan (Atom)