Senin, 29 Oktober 2012

Say Happy Ied Mubarak







Biasanya disetiap khutbah sholat idul adha pasti diceritakan bagaimana sejarah hari raya qurban ini. Masih ingat bukan? Ya, kisah ini berawal dari kisah nabi Ibrahim dan keluarganya yang patut kita jadikan teladan dalam kehidupan sehari-hari kita. Oke, saya akan sedikit me-review ingatan saya mengenai kisah luar biasa ini (Untuk kisah selengkapnya bisa dibaca dibuku-buku maupun artikel lainnya). Kisah bapaknya para nabi yang teramat berat bagi manusia manapun, dan manusia manapun tidak akan mendapat cobaah seberat nabi Ibrahim ini. Yuk, disimak!

Nabi Ibrahim, telah puluhan tahun menikah dengan Sharah akan tetapi belum memiliki keturunan. Sebagai pasangan yang sudah menikah tentu mereka sangat menginginkan keturunan. Namun ini adalah cobaan yang diberikan Allah. Hingga akhirnya Sharah mengijinkan nabi Ibrahim menikah lagi dengan Siti Hajar yang waktu itu masih menjadi budak. Namun, nabi Ibrahim tidak mau menikah lagi. Atas ijin Allah, nabi Ibrahim akhirnya menikah dengan Siti Hajar, dan tidak lama kemudian buah hati yang dinanti-nanti selama puluhan taun akhirnya dititipkan Allah melalui rahim Siti Hajar. Betapa bahagianya mereka saat itu. Bisa membayangkan? Dan kemudian lahir lah sesosok bayi laki-laki yang diberi nama Ismail.

Lalu, atas perintah Allah, nabi Ibrahim hijrah ke Makkah, Siti Hajar dan bayi mungil Ismail dibawa serta. Hingga pada suatu lembah yang kering nan tandus dimana tidak ada kehidupan disana, nabi Ibrahim meninggalkan Siti Hajar dan bayi mungil ditempat itu. Tanpa berkata apa-apa, nabi Ibrahim melangkah begitu saja. Kemudian Siti Hajar bertanya kepada nabi Ibrahim "wahai suamiku, kenapa engkau meninggalkan aku dan ismail disini? dilembah tandus ini yang tidak ada apapun disini, bahkan air". Namun nabi ibrahim diam, tidak menjawab. Hingga pertanyaan ketiga kalinya Siti Hajar berkata "Apakah ini perintah Allah?" lalu nabi Ibrahim mengangguk. Dan Siti Hajar berkata "Jikalau ini memang perintah Allah maka pergilah wahai suamiku, Allah akan menjagaku disini".Tanpa berbalik badan karena tak kuasa menahan sedih nabi Ibrahim memantapkan kakinya untuk melangkah pergi.

Coba bayangkan? Naluri seorang ayah yang baru mendapatkan seorang anak yang telah dinanti-nanti selama puluhan tahun dan diperintahkan untuk meninggalkan anak dan istrinya di lembah kering nan tandus dimana tidak ada kehidupan disana, terbayang tidak? Harus meninggalkan harta yang paling berharga dengan keadaan seperti itu. Sungguh cobaan yang teramat dahsyat. Tetapi apa yang terjadi? Nabi Ibrahim tetap pergi meninggalkan dua orang yang amat sangat dicintainya dan dapat melalui cobaan terberat itu karena tingkat kecintaan dan ketauhidannya yang sudah mencapai level yang sangat tinggi. Masya Allah. :')  

Coba saja kita diposisikan seperti itu. Mungkin tidak sama persis dimana kita harus meninggalkan keluarga yang sangat kita sayangi ketika diharuskan untuk berdakwah atau untuk berjihad di jalan Allah.  Misalkan saja, kita diperintahkan untuk menyedekahkan mobil atau motor kesayangan kita, atau bahkan laptop dan handphone kita, memberikan harta yang mungkin saat ini begitu berharganya bagi kita untuk Allah. Atau bahkan hanya menyedekahkan seribu dua ribu dari uang saku kita, mungkin kita merasa enggan. Kira-kira dilevel berapakah kecintaan dan ketauhidan kita kepada Allah? Naudzubillah, semoga kita tidak termasuk salah satu dari orang-orang tersebut.

Sepuluh tahun berlalu, Allah menghendaki nabi Ibrahim untuk kembali ke lembah dimana ia meninggalkan anak dan istrinya, tentu saja rasa rindu sudah tidak terbendung lagi untuk bertemu orang yang dicintainya. Akhirnya mereka bertemu, Ismail sudah beranjak remaja, meskipun tidak pernah bertemu langsung dengan ayahnya sejak kecil, tapi ismail seolah-olah telah mengenal banyak tentang ayahnya ketika ia bertemu ayahnya. Ismail tumbuh menjadi anak yang sholih atas didikan seroang ibu hebat seperti Siti hajar.

Hingga Allah kembali memerintahkan nabi Ibrahim melalui mimpi untuk menyembelih anaknya sendiri. Allahuakbar. Cobaan selalu bertubi-tubi menimpa nabi Ibrahim. Bayangkan! Setelah Sepuluh tahun berpisah, dan pergi meninggalkan anak tercintanya dilembah kering dan tandus, kemudian setelah bertemu kembali nabi Ibrahim diperintahkan untuk menyembelih anaknya sendiri. Dan apa jawaban Ismail? "Jika ini perintah Allah , maka lakukanlah ayahku" hingga nabi Ibrahim tak kuasa menahan tangisnya. Lalu apa yang dilakukan nabi Ibrahim? Ya, tentu saja beliau kembali membuktikan kecintaannya kepada Allah lebih tinggi kedudukannya dibanding kecintaannya kepada apapun. Dari sini lah kisah hari raya Idul qurban ini berasal.

Yang ingin saya garis bawahi disini, lagi-lagi mengenai kecintaan dan ketauhidan keluarga nabi Ibrahim kepada Allah. Andai saja kita menjadi Ismail yang ditinggalkan ayahnya sejak kecil dan tiba-tiba ketika  ayahnya pulang ayahnya ingin menyembelihnya? mungkin kita akan bilang "enak aje lo! udah ninggalin gue sejak kecil, main pergi aje kagak ngasih duit kagak ngasih ape-ape, ditinggal dilembah kering nan tandus bahkan air pun kagak ade, eh sekarang baru ketemu udah mau nyembelih gue? trus gue haris koprol sambil bilang WOW gitu? cih, sori ye!" atau bahkan kita memasukkan kasus ini kepersidangan hingga diliput oleh sejumlah media massa? 

Tapi tidak seperti itu yang dilakukan Ismail, ia dengan lapang hati menerima semua perintah yang Allah berikan kepada ayahnya dan ia rela untuk disembelih oleh ayahnya sendiri. Allahuakbar! Bagaimana seorang Siti Hajar yang menjadi single parent ini mendidik seorang anak hingga menjadi seorang Ismail yang begitu taat dan cintanya pada Allah dan ayahnya. Bukankah Siti hajar itu seorang wanita yang luar biasa hebat dan kuat?  Hingga mampu mendidik anak seperti Ismail. Dan bukankah nabi Ibrahim itu seorang suami yang luar biasa hebat pula hingga bisa mendidik istrinya menjadi seperti itu? Masya Allah :') 

Selamat Hari Raya Iedul Adha

Semoga Allah Menerima Qurban Kita

Semoga kita selalu dapat meneladani nabi Ibrahim dan keluarganya. 
AMIN 


PS: Dan semoga saya bisa menjadi istri seperti siti hajar :)))

Tidak ada komentar:

Posting Komentar