Hidup ini memang penuh misteri, setiap orang mempunyai jalan hidupnya masing-masing. Untuk apa mereka hidup, bagaimana menjalani kehidupan, dan semua persoalan dalam hidup sudah dapat dipastikan kalau antara manusia yang satu berbeda dengan manusia yang lainnya. Intinya, kita memang memiliki jalan hidup masing-masing yang tidak sama antara satu dengan yang lainnya. Hanya saja kita dapat menjadikan perjalanan hidup seseorang sebagai pelajaran untuk kehidupan kita yang lebih baik.
Kehidupan saya contohnya pasti akan sangat berbeda dengan kehidupan anda, contoh yang dekat saja, kehidupan saya pasti akan berbeda dengan kehidupan adik-adik saya yang tumbuh dalam rahim dan dibesarkan dari keluarga yang sama. Allah sudah menggariskan kepada masing-masing kita akan perbedaan ini. Namun, kita sebagai manusia masih diberikan kebebasan mau jadi seperti apa kita, mau bagaimana hidup kita ini.
Akhir-akhir ini, saya banyak sekali mendapat inspirasi dari Nadhira (baca blognya : disini). Saya tau dia dari sebuah situs jejaring sosial (baca: twitter) yang berhubungan dengan Jerman. Karena memang saat ini saya sedang menggandrungi segala sesuatu yang berhubungan dengan Jerman. Dari situ mulai lah saya mencari-cari tentang dia, kemudian sempat bertanya-jawab melalui email dengannya. Saya sering baca-baca blognya, inspiring aja gitu. Dia dengan kehidupannya. Berbeda dari kebanyakan orang, diusianya yang masih sangat muda dia begitu berani dalam memutuskan dan menjalani kehidupannya.
Singkat cerita, Nadhira ini sebelumnya sempat kuliah di salah satu perguruan tinggi (bisa baca diblognya). Kemudian ditengah perjalanan kuliahnya itu, dia memutuskan untuk ikut program Homestay atau dalam bahasa Jermannya program Au Pair. Selama satu tahun dia tinggal bersama keluarga Jerman disana, untungnya mendapatkan keluarga muslim. Kemudian dari homestay ini dia menceritakan banyak hal-hal dan kejadian yang dia alami yang bisa dijadikan pelajaran buat kita semua. Selesai mengikuti program homestay ini, dia kembali melanjutkan petualangannya bekerja disebuah lembaga sosial di Jerman yang dikenal dengan FSJ (Freiwilige Soziales Jahr ). Perjalanan hidupnya disini juga seru. Bisa membantu anak-anak special need dengan berbagai karakter, kelebihan dan keterbatasannya. Disini saya merasa sangat terinspirasi. Dia bekerja dengan membantu anak-anak seperti itu, menjadi dekat dengan mereka, jadi temen curhatnya, dia bisa membuat anak-anak merasa nyaman padanya. Begitu juga ketika dia mengikuti program homestay. Dia juga dengan begitu cerdasnya bisa menjadi teman bermain dan belajar (*kayak bobo aja) bagi anak-anak tempat dia tinggal disana.
Berani. Itu kuncinya. Dia begitu berani mengambil jalan berbeda dari orang-orang kebanyakan. Dia meninggalkan kuliahnya demi mencari pengalaman dan mengikuti nalurinya mengejar impian. Sungguh jarang muda-mudi Indonesia yang seperti ini. Meskipun banyak yang menyimpan keinginan seperti ini, namun tentu saja keinginan dari orang tua dan anggapan masyarakat secara sosial bisa saja menjadi penghalang bagi terwujudnya impian. Eh, bukan penghalang, mungkin jadi pertimbangan saja. Tetapi dia sungguh beruntung mempunyai orang tua super hebat yang selalu mendukung dan membimbing setiap keputusan yang diambil oleh anaknya.
Rasanya saya juga pengen hidup seperti dia, hidup bebas, bebas menentukan pilihan, bebas menentukan jalan mana yang akan diambil untuk kehidupan saya, terbebas dari anggapan umum orang-orang yang begini begitu, bebas menjalani hidup yang berbeda dari orang lain.
Saya ingin bebas menentukan kehidupan seperti apa yang saya jalani. Rasanya saya juga ingin bisa seperti Nadhira ini, bermanfaat bagi orang-orang, membantu anak-anak yang spesial di negeri orang sana. Dari sinilah saya menyadari, kalau saya ini milik Allah, Allah yang menciptakan langit dan bumi, berarti saya juga milik bumi, saya punya tanggung jawab dan kewajiban terhadap semua yang ada di bumi, termasuk tanggung jawab terhadap sesama manusia dibelahan bumi manapun. Anak-anak Indonesia, anak-anak Palestina, anak-anak Jepang, anak-anak Jerman dan anak-anak diseluruh belahan bumi ini juga berhak dijaga, diberikan kasih sayang dan perhatian yang sama dengan anak-anak lainnya. Seperti yang sudah Allah tegaskan, bahwa setiap manusia itu akan menjadi khalifah (pemimpin) di muka bumi. Dimana pun kita berada kita berkewajiban dan bertanggung jawab untuk setiap hal yang dihadapkan pada kita saat ini. Ketika berada di Jerman, maka berilah kasih sayang dan perhatian yang sama dengan ketika kita berada di Indonesia, seperti yang Nadhira lakukan.
Ah, saya semakin merindukan winda yang dulu, yang penuh dengan sejuta impian, yang ingin hidup bebas nomaden (berpindah-pindah), yang ingin berkarya dimanapun, dan yang ingin mewujudkan impiannya itu. Tapi kini, napas saya tercekat ketika mengingat-ingat impian winda kecil. Saya merasa semakin jauh dari kebebasan itu. Entahlah, diusia yang hampir seperempat abad ini saya belum merasa melakukan apa-apa, saya merasa impian-impian saya itu kian jauh saja. Belum lagi ketika datang tuntutan untuk membentuk sebuah keluarga, rasanya bayangan saya tentang winda yang sedang bermain riang dengan anak-anak Afrika semakin kabur, bayangan saya tentang winda yang sedang membacakan dongeng untuk anak-anak Rumania juga semakin memudar, dan bayangan tentang winda yang memanggul carrier bag nya menaiki kereta jurusan Brussels pun hilang.
Ya Allah, saya ingin mewujudkan impian saya ini. Diusia saya yang ke-24 tahun ini, saya ingin sekali menjadi manusia yang bermanfaat melalui impian-impian saya. Bisa bepergian bebas kesana-kemari tanpa melupakan tanggung jawab saya sebagai anak (berbakti kepada oranag tua), bermain dan menjadi sahabat untuk anak-anak diseluruh dunia, dan bisa mengajarkan mereka tentang-Mu, Ya Allah. Berikanlah saya kekuatan untuk bisa mewujudkan impian saya yang tidak mudah ini. Dengan segala dosa yang telah saya perbuat, saya tetap hanya bisa memohon dan meminta kepadamu, kabulkanlah ya Allah.
With Love,
Dari hamba-Mu yang sedang belajar mengenal-Mu