Kamis, 18 Juli 2013

Warna-warni Ramadhan Pesepak Bola Muslim

Selamat pagi!!!!
Semoga hari ini membawa keberkahan bagi kita semua.



Tumben-tumbennya saya ngebahas soal sepak bola, padahal saya nggak ngerti-ngerti banget sih soal dunia persepakbolaan. ini. hihihi. Tapi yang menarik minat saya untuk mengetik tentang sepak bola kali ini adalah mengenai kehidupan mereka selama bulan Ramadhan. Bulan yang diwajibkannya seorang muslim yang sudah baligh untuk berpuasa satu bulan penuh. Dan yang akan lebih disorot kali ini adalah pesepak bola muslim Eropa, dimana sekarang ini tengah dilangsungkannya kompetisi Premiere League. Mari simak ulasan berikut ini yang saya ambil dari republika.co.id.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Pesepak bola Muslim yang berlaga di liga Eropa begitu gembira dengan datangnya bulan suci Ramadhan. Sayang, kegembiraan itu tidak dirasakan manajer atapun agen pemain yang bersangkutan.

Situasi ini memang menjadi dilema. Namun, keyakinan teguh mereka menggiring mereka pada satu keyakinan, Ramadhan bukanlah halangan dalam karir sepakbola.

Kepada BBC Sport, gelandang Arsenal Abou Diaby mengatakan Ramadhan merupakan momen spesial bagi dirinya. Sejauh ini, klub yang dibelanya bekerja keras untuk mengakomodasi hal itu.

Pemain Muslim lainnya, Demba Ba, mengaku masih bermasalah dengan manajernya soal Ramadhan. Berulang kali ia meyakinkan manajernya itu bahwa ia akan tetap berpuasa selama Ramadhan kendati kompetisi Premier League telah dimulai.

Selain masalah Ramadhan, mereka juga menghadapi dilema yang tak kalah pelik. Mereka dihadapkan satu masalah berupa pemasangan logo sponsor yang berseberangan dengan keyakinannya. Itulah yang dihalami Kiper Wigan, Ali Al-Habsi.  Kendati ia tidak berkenan dengan apa yang melekat pada kostum yang dikenakannya, ia mencoba bersikap profesional. Yang terpenting baginya, ia tidak seperti apa yang melekat kostum yang dikenakannya.

Sejak dekade 2000-an, semakin banyak pesepakbola Muslim yang dikenal publik sepakbola dunia. Kesantunan berprilaku dan keapikan saat bermain menjadi kunci diterimanya pesepakbola Muslim.

Kehadiran mereka menjadi warna baru dalam olahraga yang digemari miliaran orang di dunia ini. Para pemain Muslim ini selanjutnya memperomosikan Islam dan Muslim dengan cara mereka sendiri.



Reporter : Agung Sasongko
Redaktur : Sadly Rachman

Saya memang tidak begitu familiar dengan nama-nama pesepak bola muslim di atas, karena memang saya bukan seorang penggemar sepak bola dan mengikuti perkembangannya. Satu sosok pesepak bola muslim yang saya betul-betul tau dan saya pikir siapapun pasti akan mengenalnya adalah Zinedine Zidane, pesepak bola dunia kelahiran prancis ini begitu mendunia dan dia adalah seorang muslim.

Saya sangat salut terhadap mereka.  Mereka tetap berpuasa ditengah-tengah profesi mereka sebagai pesepak bola dan tetap berpuasa meskipun harus menguras tenaganya berlari-lari menggiring bola kesana kemari. Kebayang nggak sih? Main bola itu capek banget kan? Hausnya itu loh yang paling nggak tahan. *kayak pernah main bola aja  guee*

Berdasarkan kacamata saya nih ya, main bola itu emang capek banget menguras tenaga. Lari-lari kesana-kemari itu hausnya maksimal. Belum lagi pake mikir strategi dan harus konsentrasi. Double deh capeknya. Kalo laper mungkin masih bisa ditahan kali ya, *yakali. Tapi kalo haus itu  saya sangat susah menahannya. Coba deh kita, mentang-mentang lagi puasa, udah ga pernah olahraga lagi. *padahal kalo nggak pas puasa juga gue nggak pernah olahraga*. Jalan dikit males, alesannya lemes. Maunya cuma leyeh-leyeh aja tiduran yang banyak mengkambinghitamkan kalo tidur itu lagi pada ibadah. 

Malu nggak sih sama pesepak bola Eropa itu? Malu banget kalo saya. Mereka yang kaum minoritas disana, memberi pengertian dan meminta ijin kepada klub kalo mereka akan tetap berpuasa selama bulan Ramadhan meskipun sedang bertanding. Dan Alhamdulillahnya pihak klub yang non-muslim itu mau bertoleransi terhadap mereka. Mereka yang dengan istiqomahnya tetap menjalankan apa yang Allah perintahkan kepada kaum muslim tanpa terkecuali meskipun profesi mereka adalah profesi yang sangat melelahkan dan menguras tenaga. Tetap sholat dan menjalankan ibdah-ibadah lainnya.

Sedangkan kita bagaimana? Saya miris sekali melihat kehidupan muslim di Indonesia. Entah bagaimana dengan pesepak bolanya, mungkin ketika Ramadhan begini memang tidak ada pertandingan atau bagaimana peraturannya saya tidak begitu tau. Mungkin lho karena di Indonesia mayoritas muslim jadi ada peraturan tersendiri ketika bulan Ramadhan. Akan tetapi kalau pun ketika Ramadhan ada pertandingan saya berharap pesepak bola muslim Indonesia tidak kalah dengan pesepak bola muslim Eropa yang tetap berpuasa.

Satu hal lagi diluar dunia persepakbolaan yang membuat saya miris melihatnya yaitu kehidupan masyarakat muslim pada umumnya. Di Indonesia yang 'katanya' mayoritas penduduknya adalah muslim, masih banyak sekali saya lihat yang tidak berpuasa. Jangankan berpuasa, menghormati orang-orang yang berpuasa saja tidak. Di pasar-pasar apalagi sangat terlihat jelas. Warung makan dan minuman masih terbuka lebar. Di pasar itu profesinya adalah sebagai penjual, pembeli, porter, tukang parkir dan lainnya yang saya rasa tidak begitu mengeluarkan tenaga yang cukup besar seperti pesepak bola. Mungkin porter iya karena mereka mengangkat-angkat barang. Tapi yang lainnya bagaimana? mereka tetap dengan bebasnya makan dan minum, merokok, tidak berpuasa. Bahkan mungkin porter pun harusnya memiliki tekad kuat seperti pesepak bola. Belum lagi muslim lainnya dengan berbagai profesi dan tidak memiliki halangan syar'i untuk tidak berpuasa masih dengan bebasnya makan minum di muka umum. Padahal mereka itu 'muslim' lho! Menghormati saudara sesama muslimnya saja tidak. Entahlah saya tidak mengerti. Negara yang mayoritas muslim ini begitu menyedihkan. Beribadah memang terbilang nyaman di negara ini, tetapi akhlak seorang muslimnya? hanya minoritas!

What do you think?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar