Jumat, 27 Juni 2014

Obrolan Menggelitik

Kemarin siang setelah makan siang, ada seorang teman saya yang bertanya. Ketika itu posisinya kami sedang bertiga. Jadi dia menanyakan hal yang lumayan sensitif sih, hehe, tapi cukup menggelitik. Pertanyaannya kurang lebih seperti ini:
A: "boleh ga sih kita masih menjalin silaturrahmi sama 'mantan pacar' walaupun hanya via sms?".
Mendadak saya tertawa geli dalam hati. Ini posisi si mbaknya sudah menikah loh ya. Kemudian teman saya menjawab:
B:  "Ya ga boleh, jangan deh, kalau mau ijin ama suami dulu".
*jedeeggg. Trus mbaknya yang bertanya angguk-angguk.
A:  "kan sekedar menyambung silaturrahmi?"
B:  "iya tetep ga boleh tanpa seijin suami, kalau suaminya ga ridho gimana? jadi dosa lho. Walapun alasannya 'sekedar menyambung silaturrahmi', setan itu pinter bin cerdik bin licik mba, jangan sampai kita jadi berkhianat walaupun hanya dalam hati".
A: "Iya sih, tapi suamiku sering kok baca sms di hape ku, kadang si mantan juga sms nanyain kabarku dan anakku."
Saya: "Trus gimana reaksi suaminya mba? Marah?"
A: "Biasa aja sih dia ga reaksi apa-apa".
B: "Jangan-jangan diluarnya doang suaminya seperti ga ada apa-apa, padahal di hatinya, sakiiiiiit. hahahhaa"
A: "Oh, yaudah deh berarti gitu ya, nah tapi kan ini bukan aku yang sms duluan, si mantan yang suka sms, kalo gitu gimana? jadi serba salah kan?"
B: "Yaudah ga usah dibalas smsnya mba, ga usah digubris, kalau dia mau tanya-tanya kabar mba suruh dia hubungi suamimu aja."
Dalam hati saya bicara, busseeeett, segitunya kah? Tapi emang bener sih, kita memang harus benar-benar menjaga, terjaga dan harus sangat hati-hati. Karena ngeri aja kalo udah kepleset akibat jebakan setan. Yaa kayak di sinetron CHSI? tau kan? Kalo bu-ibu pasti tau deh. Hahhaha. (Catatan Hati Seorang Istri.*red).

Kalo saya dalam posisi 'yang digitun' emang sakit banget sih rasanya. Apalagi misal pasangan kita masih smsan sama mantannya, masih sering kepo-kepo-in mantan di sosial media. Sakit banget kalo saya digituin mah. Soalnya kalo sebagai seorang istri ya, istri itu sudah dengan sangat rela berpisah dari kedua orang tua, yang sebelumnya mungkin orang tua dapat memenuhi segala kecukupan kita, menyayangi dan mencintai kelebihan dan kekurangan kita dengan tulus, dan segala fasilitas baik materiil maupun non-materiil yang diberikan orang tua tetiba harus meninggalkan itu semua, melepaskan kerinduan kepada orang tua yang semakin renta. Eh ngikut suami yang belum tentu bisa memperlakukan kita seperti orang tua kita memperlalukan kita, ternyata malah 'digituin' ama suami. Tega bener dah ah. Naudzubillah. Sabar ya bu-ibu. Jadi sih, saya sangat setuju sekali dengan jawaban teman saya yang B. Kayaknya tuh klise banget pake alesan sok-sok 'mau menyambung silaturrahmi'. Ihh dah. Geregetan kalo ada suami atopun laki-laki yang belum beristri tetapi sudah mempunyai pacar baru kemudian ingin berhubungan kembali dengan mantannya mengatasnamakan 'silaturrahmi'. Bagi saya itu bullshiiiittt! Toh kalo 'silaturrahmi'nya itu justru malah membuat pasangan halal kita terluka dalam dan tersakiti dan malah justru memperjauh hubungan kita dengannya? Jangan coba-coba deh!

Kemudian si B menceritakan sebuah kisah inspiratif sahabar nabi. Saya lupa namanya *karena emang sulit bagi saya mengingat nama sekilas begitu. Dulu ada sahabat nabi, suami istri, mereka saling mencintai dan menyayangi karena Allah. Suaminya begitu sholeh dan sangat mencintai istrinya. Begitu juga dengan istrinya, ia seorang istri sholehah yang sangat taat pada suaminya.

Ketika itu sang istri mengantarkan makan siang kepada suaminya yang sedang bekerja di kebun. Ia membawa masakannya beserta sebuah cambuk. Di tengah perjalanan ada orang yang bertanya, "mau kemana kau?", "aku ingin mengantarkan makan siang untuk suamiku. "Lalu kenapa kau membawa-bawa cambuk?. "Jika suamiku tidak menyukai masakanku ia boleh menyambukku".
Ini lebih terbuset-buset lagi saya mendengar cerita ini. Segitu taatnya ia pada suaminya ya. Padahal suaminya ga jahat. Baik banget malahan, namanya suami sholeh yah. Memang pantas lah ia mendapat istri solehah nan taat padanya.

So, selagi kita masih hidup dan selagi pasangan kita masih hidup hargai ia, jangan sampai ia tersakiti maupun sakit diam-diam dalam hati akibat perbuatan ceroboh dan kekanak-kanakan kita.

Kamis, 26 Juni 2014

Kurang Greget

Tidak terasa hanya dalam hitungan jam kita akan segera memasuki bulan suci penuh berkah yang selalu dinanti yaitu Ramadhan. Alhamdulillah. Tapi entah kenapa saya tidak merasa seperti Ramadhan terdahulu. Kali ini entah mengapa begitu kosong, begitu hambar dan tidak terasa sama sekali semarak Ramadhan itu. Mungkin karena pengaruh media juga yang sekarang sedang sangat sibuk meliput tentang pemilu dan yang tak kalah hebohnya adalah piala dunia. Sehingga di televisi pun serasa kurang rame tayangan-tayangan tentang Ramadhan.

Hawa di sekeliling pun terasa demikian, entah ikut terpengaruh media yang meliput tetek bengek pemilu maupun piala dunia, mungkin juga karena dalam diri seorang muslim kini memang telah luntur kerinduan pada bulan diturunkannya Al-Qur'an ini. Astaghfirullah.

Kemarin sore, sepulang dari kantor saya tiba-tiba saja memikirkan mengenai fenomena Ramadhan tahun ini. Fenomena? Ah, tidak. Seharusnya Ramadhan bukanlah fenomena semata, bukanlah sekedar tradisi grebek sahur dan acara ngabuburit di televisi yang justru telah mengaburkan makna terdalam bulan Ramadhan itu sendiri. Seharusnya ada atau tanpa media yang mengumbar iklan-iklan sirup dan sinetron 'Islami', Ramadhan tetaplah bulan suci, penuh barakah dan penuh ampunan.  Tidak pernah berkurang sedikit pun hikmah Ramadhan kendati kita tak menyambutnya dengan suka cita.

Tetapi tetap saja rindu, rindu akan semarak itu. Saya ingat waktu kecil bulan Ramadhan itu sangat istimewa bagi anak-anak seumuran kami, saya dan teman-teman sungguh dengan penuh semangat menyambut Ramadhan meskpun ketika itu puasa termasuk ibadah yang berat buat kami. Tarawih hari pertama itu kami jalani dengan senang hati, begitupun hari-hari berikutnya, adalah bulan istimewa ala anak SD. Padahal seumuran itu, entah kami paham atau tidak makna terdalam yang terkandung di dalam bulan itu. Tetapi, kenangan Ramadhan waktu kecil itu sungguh terasa manis jika dibandingkan dengan hari ini.

Marhaban Yaa Ramadhan
Engkau tetap aku rindukan

Selamat Menjalankan Ibadah Puasa di Bulan Ramadhan
Mari Perbanyak Ibadah-ibadah Sunnah lainnya
Mari Fastabiqul Khairat

Mohon Maaf Lahir dan Batin Yaaa :)


Jumat, 20 Juni 2014

Underestimate

Hal yang paling menyakitkan adalah selalu di-underestimate-kan oleh orang lain.
Meskipun kita bisa prove and show to them, kemudian mereka sadar kalau kita tidak sedangkal itu.
Tetapi kata-kata pertama yang mereka ucapkan itu sungguh menyakitkan, membekas di hati dan tak kan hilang lagi. Sakiiiiittt rasanya.
Betapa 'mengerikannya'  first impression itu.
Ia bisa sangat mempengaruhi kepercayaan diri seseorang, mempengaruhi mental seseorang dan mempengaruhi cara bersikap seseorang kedepannya.

Amit-amit, jaga lisan! jaga lisan! 
Ngeri kan kalau salah-salah ngomong malah bisa membuat orang lain jadi kenapa-kenapa?
Na'udzubillah!
Ya Allah, berilah aku kekuatan untuk menjaga lisanku.
Berikanlah aku kemudahan untuk bertutur kata yang lemah lembut.

Rabu, 18 Juni 2014

Hidup itu keras bung!
Kau harus berjuang sekuat tenaga untuk bertahan
Tak kan bisa kau capai impian
Jika kau hanya bermalas-malasan

Bangkitlah!
Jangan kau ingin menjadi pasir di pantai
Tapi jadilah jarum ditumpukan jerami
Jadilah berbeda, jadilah sesuatu yang sulit ditemukan, namun sangat bermanfaat bagi banyak orang
Tetaplah seperti batu karang ditengah hempasan gelombang dalam menggapai impianmu

Dan jangan lupa tujuanmu dilahirkan ke dunia ini
Yaitu, Hidup untuk mati!