Rabu, 31 Desember 2014
Penghujung Tahun
Rabu, 10 September 2014
Pagi Yang Cerah
Kamis, 04 September 2014
Korelasi Antara Musik dan Konsentrasi
Senin, 18 Agustus 2014
Sampai titik mana saya harus menyerah?
Rabu, 13 Agustus 2014
Rumput Tetangga
Sering kita bergumam "enak yaa kerja diperusahaan A? gajinya besar, jam kerjanya fleksibel, fasilitasnya banyak dan lain sebagainya". Ada juga "enak ya si B punya istri cantik, pintar memasak, dan lainnya". Ada lagi "enak ya mobilnya si C tipe xyz keluaran terbaru" dan saya rasa masih ada lagi ribuan kata "enak ya" lainnya.
Memang seringkali pikiran itu muncul, seakan-akan apa yang orang punya serba enak, sedangkan punya kita serba tidak enak. Tetapi sesungguhnya itu hanyalah penglihatan luar kita saja. Bisa dibilang fatamorgana.
Senin, 04 Agustus 2014
Kembali Produktif
Jumat, 27 Juni 2014
Obrolan Menggelitik
A: "boleh ga sih kita masih menjalin silaturrahmi sama 'mantan pacar' walaupun hanya via sms?".
Mendadak saya tertawa geli dalam hati. Ini posisi si mbaknya sudah menikah loh ya. Kemudian teman saya menjawab:
B: "Ya ga boleh, jangan deh, kalau mau ijin ama suami dulu".
*jedeeggg. Trus mbaknya yang bertanya angguk-angguk.
A: "kan sekedar menyambung silaturrahmi?"
B: "iya tetep ga boleh tanpa seijin suami, kalau suaminya ga ridho gimana? jadi dosa lho. Walapun alasannya 'sekedar menyambung silaturrahmi', setan itu pinter bin cerdik bin licik mba, jangan sampai kita jadi berkhianat walaupun hanya dalam hati".
A: "Iya sih, tapi suamiku sering kok baca sms di hape ku, kadang si mantan juga sms nanyain kabarku dan anakku."
Saya: "Trus gimana reaksi suaminya mba? Marah?"
A: "Biasa aja sih dia ga reaksi apa-apa".
B: "Jangan-jangan diluarnya doang suaminya seperti ga ada apa-apa, padahal di hatinya, sakiiiiiit. hahahhaa"
A: "Oh, yaudah deh berarti gitu ya, nah tapi kan ini bukan aku yang sms duluan, si mantan yang suka sms, kalo gitu gimana? jadi serba salah kan?"
B: "Yaudah ga usah dibalas smsnya mba, ga usah digubris, kalau dia mau tanya-tanya kabar mba suruh dia hubungi suamimu aja."
Dalam hati saya bicara, busseeeett, segitunya kah? Tapi emang bener sih, kita memang harus benar-benar menjaga, terjaga dan harus sangat hati-hati. Karena ngeri aja kalo udah kepleset akibat jebakan setan. Yaa kayak di sinetron CHSI? tau kan? Kalo bu-ibu pasti tau deh. Hahhaha. (Catatan Hati Seorang Istri.*red).
Kalo saya dalam posisi 'yang digitun' emang sakit banget sih rasanya. Apalagi misal pasangan kita masih smsan sama mantannya, masih sering kepo-kepo-in mantan di sosial media. Sakit banget kalo saya digituin mah. Soalnya kalo sebagai seorang istri ya, istri itu sudah dengan sangat rela berpisah dari kedua orang tua, yang sebelumnya mungkin orang tua dapat memenuhi segala kecukupan kita, menyayangi dan mencintai kelebihan dan kekurangan kita dengan tulus, dan segala fasilitas baik materiil maupun non-materiil yang diberikan orang tua tetiba harus meninggalkan itu semua, melepaskan kerinduan kepada orang tua yang semakin renta. Eh ngikut suami yang belum tentu bisa memperlakukan kita seperti orang tua kita memperlalukan kita, ternyata malah 'digituin' ama suami. Tega bener dah ah. Naudzubillah. Sabar ya bu-ibu. Jadi sih, saya sangat setuju sekali dengan jawaban teman saya yang B. Kayaknya tuh klise banget pake alesan sok-sok 'mau menyambung silaturrahmi'. Ihh dah. Geregetan kalo ada suami atopun laki-laki yang belum beristri tetapi sudah mempunyai pacar baru kemudian ingin berhubungan kembali dengan mantannya mengatasnamakan 'silaturrahmi'. Bagi saya itu bullshiiiittt! Toh kalo 'silaturrahmi'nya itu justru malah membuat pasangan halal kita terluka dalam dan tersakiti dan malah justru memperjauh hubungan kita dengannya? Jangan coba-coba deh!
Kemudian si B menceritakan sebuah kisah inspiratif sahabar nabi. Saya lupa namanya *karena emang sulit bagi saya mengingat nama sekilas begitu. Dulu ada sahabat nabi, suami istri, mereka saling mencintai dan menyayangi karena Allah. Suaminya begitu sholeh dan sangat mencintai istrinya. Begitu juga dengan istrinya, ia seorang istri sholehah yang sangat taat pada suaminya.
Ketika itu sang istri mengantarkan makan siang kepada suaminya yang sedang bekerja di kebun. Ia membawa masakannya beserta sebuah cambuk. Di tengah perjalanan ada orang yang bertanya, "mau kemana kau?", "aku ingin mengantarkan makan siang untuk suamiku. "Lalu kenapa kau membawa-bawa cambuk?. "Jika suamiku tidak menyukai masakanku ia boleh menyambukku".
Kamis, 26 Juni 2014
Kurang Greget
Jumat, 20 Juni 2014
Underestimate
Meskipun kita bisa prove and show to them, kemudian mereka sadar kalau kita tidak sedangkal itu.
Tetapi kata-kata pertama yang mereka ucapkan itu sungguh menyakitkan, membekas di hati dan tak kan hilang lagi. Sakiiiiittt rasanya.
Betapa 'mengerikannya' first impression itu.
Ia bisa sangat mempengaruhi kepercayaan diri seseorang, mempengaruhi mental seseorang dan mempengaruhi cara bersikap seseorang kedepannya.
Amit-amit, jaga lisan! jaga lisan!
Ngeri kan kalau salah-salah ngomong malah bisa membuat orang lain jadi kenapa-kenapa?
Na'udzubillah!
Ya Allah, berilah aku kekuatan untuk menjaga lisanku.
Berikanlah aku kemudahan untuk bertutur kata yang lemah lembut.
Rabu, 18 Juni 2014
Kau harus berjuang sekuat tenaga untuk bertahan
Tak kan bisa kau capai impian
Jika kau hanya bermalas-malasan
Bangkitlah!
Jangan kau ingin menjadi pasir di pantai
Tapi jadilah jarum ditumpukan jerami
Jadilah berbeda, jadilah sesuatu yang sulit ditemukan, namun sangat bermanfaat bagi banyak orang
Tetaplah seperti batu karang ditengah hempasan gelombang dalam menggapai impianmu
Dan jangan lupa tujuanmu dilahirkan ke dunia ini
Yaitu, Hidup untuk mati!
Kamis, 22 Mei 2014
May Ceria
Tumben banget ini saya lama meninggalkan blog. hehe. Karena lagi padat jadwal jadi jarang banget bisa intip-intip apalagi posting-posting diblog. Karena lama ga posting ide-ide yang akan dijadikan tulisan pun jadi lama mikirnya. Dari pada kelamaan mikir terus malah ga posting lagi ya mending posting aja walaupun ga penting kayak gini. Hehe.
Jadi ya di bulan Mei ini produktivitas saya cukup meningkat. *cieee..hahaha... selain itu di bulan Mei ini tanggal merah bertebaran dimana-mana. Cerah ceria banget deh bulan Mei ini. Dan pastinya yang suntuk dengan rutinitas kantor sudah ambil ancang-ancang buat cuti nih, iya kan? Ketauan!
Ayo dong share, pada liburan kemana nih? atau ada yang udah liburan duluan di tanggal merah sebelumnya? atau pada cuti massal akhir Mei ini?
Saran saya sih buat perusahaan mending akhir bulan ini diliburkan saja, atau bagi pemerintah anggap aja libur nasional, toh akhirnya karyawan yang masuk juga pasti sedikit karena pada kompakan cuti massal. :p
Ah, tau deh mau nulis apa lagi. Garing ya? Gini nih kalau yang udah lamaga posting. Jadi kagok gitu mau nulis-nulis lagi. Dan memang sebaiknya dilakukan secara continue sih hingga jadi sebuah kebiasaan baik untuk berbagi dalam postingan.
Udah yah, saya kagok ni, ga ngerti mau bilang apa lagi.
Happy long long long long weekend semuaaahh. :) :) :)
Senin, 28 April 2014
Saya Mau Seperti Kopi
Wanita muda itu berharap orang tuanya ikut menyalahkan suaminya. Namun betapa kagetnya dia karena ternyata ibunya diam saja. Bahkan sang ibu kemudian malah masuk ke dapur, sementara putrinya terus bercerita dan mengikutinya. Sang ibu lalu memasak air. Setelah sekian lama, air mendidih.
Sang ibu pun memasukkan 3 benda kedalam air mendidih tersebut, pertama beliau masukkan wortel, lantas masukkan telur dan yang terakhir, beliau memasukkan kopi.
Setelah menunggu beberapa saat, Sang Ibu mengangkat ke - 3 benda tersebut, dan diletakkan dalam masing-masing sebuah wadah. Hasilnya: wortel yang keras menjadi lunak, telur yang mudah pecah menjadi keras, dan kopi menghasilkan aroma yang harum.
Lalu sang ibu menjelaskan: "Nak... masalah dalam hidup itu bagaikan air mendidih". Namun, bagaimana sikap kitalah yang akan menentukan dampak-nya".
Kita bisa menjadi :
1. Lembek seperti wortel.
2. Mengeras seperti telur.
3. Atau harum seperti kopi.
Wortel dan telur tidak mempengaruhi air... Mereka malah berubah oleh air. Sementara kopi malah merubah air dan membuatnya menjadi harum.
Dalam tiap masalah, selalu tersimpan mutiara yang berharga. Sangat mudah untuk bersyukur saat keadaan baik-baik saja, tapi apakah kita dapat tetap bersyukur saat kita ditimpa masalah?
Hari ini kita belajar ada 3 reaksi orang saat masalah datang.
* Ada yang menjadi lembek, suka mengeluh, dan mengasihani diri sendiri.
* Ada yang mengeras, marah dan menyalahkan pihak lain.
* Ada juga yang justru semakin harum, menjadi semakin kuat dan bijaksana.
Itu semua tergantung pilihan kita sendiri bagaimana kita merespon sebuah permasalahan.
Repost from www.sekolahpernikahan.com by Phia
Anda mau jadi seperti apa?
Kalau saya, kopi. :)
Senin, 21 April 2014
My Silver Year
Read a Book
Kamis, 17 April 2014
Cerita Malam Ini
Siapapun pasti akan menyambut malam ini dengan riang gembira. Ya, jalanan Jakarta sore ini adalah buktinya. Ia riang dengan nyanyian khas yang saling bersahut-sahutan. Ia gembira dengan kerlap-kerlip lampunya.
Semua orang hendak buru-buru pulang kantor dan semua orang ingin berpacu menuju pintu gerbang tempat wisata. Ugh, tol arah puncak pasti sudah dirayapi oleh ribuan roda berjalan itu. Begitu juga tol arah Bandung.
Dan saya juga berjuang menerjang ganasnya kemacetan ibu kota bersama kuda besi beroda dua menuju stasiun kereta. Terima kasih kepada abang ojek yang baik hati karena rela mengantarkan saya dibanding dua pelanggan lainnya untuk bermacet-macet ria ditengah ibu kota.
Akhirnya sekarang saya sudah duduk manis dikursi kereta. Memulai perjalanan yang cukup panjang ke kota wisata. Bertemu kawan, lalu saya teringat sesuatu.
Tentang keinginan terpendam itu...
Tunggulah, jika sudah cukup uang disaku. Maka akan saya lontarkan lagi peluru itu. Mendalami dunia nyata yang terabadi dalam sebuah kamera.
Selamat malam, selamat berakhir pekan. :)
Kalau Bukan Saya, Siapa Lagi?
Fix You - Coldplay
Jumat, 11 April 2014
Apa Rasanya
Entahlah...
Dahulunya sangat diinginkan, seiring berjalannya waktu, tajamnya kerikil yang ditapaki, kencangnya angin yang menerpa membuatnya tak lagi seperti dahulu ketika ia begitu diinginkan.
Sekarang?
Semuanya telah perlahan mati sunyi di dalam hatinya.
Ia semakin buruk tampaknya.
Semakin tak terarah dan terombang-ambing ditengah samudera luas.
Ia merasa semua orang ingin mencampakkannya, tetapi orang-orang itu pun sepertinya tak tega.
Ia ingin pergi dan berlari kencang, tetapi tak ingin juga pergi begitu saja.
Tak ingin pergi sebagai orang yang terbuang.
Ia ingin pergi dengan meninggalkan jejak disini.
Ia ingin pergi dengan menghapus keburukan yang pernah dilakukannya.
Ia ingin pergi dan berpisah baik-baik.
Ia ingin pergi secara terhormat.
Rabu, 02 April 2014
Selasa, 01 April 2014
Si Pelayan Publik
Bahkan sekarang ini Alhamdulillahnya saya juga diberikan kesempatan oleh Allah untuk bekerja sekaligus membantu banyak orang. Menyenangkan! Namun, untuk berbuat kebaikan pasti selalu saja ada halangan dan rintangan bahkan godaan syaithon yang membuat kita malas membantu, uring-uringan, tidak ikhlas mengerjakannya, bahkan kemudian merasa trauma dan tidak ingin lagi untuk menjadi 'pelayan publik' tersebut.
Seperti sekarang ini yang saya alami, *curhat. Awalnya saya merasa sangat senang karena dapat membantu banyak orang yang artinya saya bisa dibilang bermanfaat bagi orang lainnya. Tetapi seiring berjalannya waktu, namanya juga pelayan publik, muncullah berbagai macam komplain-komplain. Wajar sih menurut saya, karena tugas saya adalah mengatasi masalah jadi wajar jika seseorang mengadukan masalahnya kepada saya. Waktu terus berjalaan hingga akhirnya komplain demi komplain terus berdatangan hingga dimarahi pun sudah menjadi makanan, saya tentu saja terus mengevaluasi diri. Mungkinkah kinerja saya kurang? atau lain sebagainya. Tugas saya ini tidak hanya bisa langsung saya tangani sendiri saja pada beberapa permasalahan saya pun harus melibatkan orang lain untuk mengatasi masalah itu. Disinilah yang menurut saya menjadi kuncinya. Saya bukanlah orang super tegaan yang bisa marah-marah seenaknya, langsung menegur seenaknya tanpa melihat duduk permasalahan terlebih dahulu, saya tidak bisa menjadi manusia yang seperti itu. Tetapi saya lebih sering mempelajari sebab-akibat yang melatarbelakanginya. Sehingga mungkin orang-orang menganggap saya remeh, sepele, bisa dipermainkan dan sebagainya. Sifat saya yang seperti inilah yang mungkin dimanfaatkan orang-orang untuk bisa 'santai' dihadapan saya. Dan mungkin sifat ini juga yang dimanfaatkan para komplainer untuk menekan saya. Haha. Apalah itu ya. :p
Tetapi memang begitulah kenyataannya, untuk menjadi seorang pelayan publik itu tidaklah mudah, untuk berbuat baik pun tidaklah mudah, harus benar-benar mempunyai kesabaran yang tak terhingga, harus bisa berkomunikasi dengan baik, harus bisa beramah-tamah dan berbuat baik dengan ikhlas dan senyuman manis, dan seketika itu juga harus bisa menjadi manusia super garang. Ah, poin yang terakhir ini sedikit sulit buat saya. :(
Oiya, satu lagi ini hanya sharing pendapat saya saja sih. Kalau saya perhatikan mental orang sekarang adalah mental komplainer. Gimana enggak, kesalahan sedikit saja, misal salah menaruh ember langsung pada protes pada komplain, apa ya nggak bisa nyari dulu? Ckckcckk. Kemudian kasus yang pernah saya hadapi, baru melakukan keteledoran satu kali saja langsung dikomplain, padahal tidak tau alasannya teledor apa, bisa jadi karena sedang terburu-buru, tidak fokus karena anak dirumah sakit, dan sebagainya. Intinya dikit-dikit protes, dikit-dikit komplain, tanpa mencari tau dulu latar belakangnya dan tanpa mencoba untuk memaklumi keteledoran yang baru satu kali terjadi. Kalo begini terus, ya kapan negara kita maju? wong masyarakatnya yang bisa dibilang sudah berpendidikan tinggi karena kerja dikantoran mentalnya mental komplainer. Mbok yo punya mental solusioner gitu? :D
Hai April
Saya tidak akan bilang "april mop" seperti sebagian besar orang ketika memasuki tanggal 1 April, karena memang tidak sesuai dan sepaham dengan ajaran agama yang saya anut. :)
Bagaimana longweekend menghabiskan bulan Maret bagi kalian semua? Menyenangkan?
Walaupun saya tidak berlibur kemana-mana selama longweekend ini tetapi liburan saya di rumah cukup menyenangkan, setidaknya saya tidak menikmati macet berkepanjangan. Haha.
Menyedihkan memang ketika longweekend hanya dihabiskan dijalanan bermacet-macet ria, belum lagi tempat wisata yang dituju juga sudah banjir manusia yang juga ingin merasakan yang sama dengan kita. Pffff, tadinya pengen liat yang ijo-ijo dipuncak eh malah liat warna-warni baju manusia disana. Hehe. Mungkin bagi warga Jakarta dan sekitarnya disarankan mencari alternatif tempat liburan selain puncak / bandung. Masih banyak lho tempat wisata menarik lainnya disekitaran Jakarta dan Jawa Barat yang mungkin belum dijelajahi. :D
So back to topic, gimana kita menyambut dan menjalani bulan April ini?
Lagi dan lagi saya pasti akan bilang time is running so fast!
Kayaknya tuh baru kemaren memasuki tahun baru 2014, eh masak udah abis aja tiga bulannya?
Rasanya masih banyak banget yang belum bisa saya lakukan, masih banyak banget kesempatan-kesempatan kebaikan yang saya lewatkan, dan masih banyak banget yang harus diubah dalam diri saya. :(
Saya tidak mau terlena begitu lama, dengan 'memaklumi' kondisi diri dan hati. Karena semakin lama kita terpuruk ke dalam lubang dalam, semakin sulit bagi kita untuk bangkit mencapai permukaan lagi, bahkan mungkin kita sudah merasakan 'kenyamanan' di dalam lubang itu? Huufff no..no..no.. saya tidak mau hal itu terjadi dalam kehidupan saya lagi.
Sebenarnya yang dibutuhkan adalah niat yang ikhlas, kebulatan tekad dan kemampuan diri untuk tetap istiqamah. Yuk! BISMILLAH
Senin, 24 Maret 2014
In Traveling Mood
Rabu, 19 Maret 2014
Mengubah yang ada menjadi tiada, dan sebaliknya
Mengubah suka menjadi duka, dan sebaliknya
Mengubah kaya menjadi miskin, dan sebaliknya
Mengubah cinta menjadi benci, dan sebaliknya
Mengubah jauh menjadi dekat, dan sebaliknya
Mengubah kuat menjadi lemah, dan sebaliknya
Yang kita perlukan adalah kekuatan jiwa, dan hati yang luas seluas samudera dalam menerimanya.
Semoga Allah takdirkan yang terbaik bagi kita.
Selasa, 18 Maret 2014
Keluar... Enggak... ?
Rabu, 12 Maret 2014
Stuck Stress and Boring
Akhir-akhir ini saya memang merasakan sesuatu yaaaannnggg... entahlah, mentok rasanya otak ini.
Mentok untuk berpikir, nggak bisa mikir dengan tenang. Kalo biasanya dikost, untuk mengerjakan sesuatu yang menguras pikiran dan tenaga saya bisa bertapa berhari-hari tanpa berinteraksi dengan satu pun orang kecuali dengan penjual makanan ketika saya membeli makan.
Tetapi sekarang rasanya sulit mempunyai 'me time' untuk memikirkan strategi memecahkan masalah ini, belum lagi kalau mau eksperimen, saya yang masih megap-megap ini dalam dunia perelektronikaan sungguh membutuhkan waktu sendirian untuk berpikir. Maka muncul kembali ide saya untuk mempunyai sebuah laboratorium pribadi, dimana saya bisa tenang dan leluasa mengerjakan eksperimen saya sendirian tanpa terganggu hilir-mudik orang-orang dan campur-aduk dengan perasaan antah-berantah yang ikut melibatkan emosi.
Huff huff hufff... pokonya kalo bikin rumah saya harus menyediakan space khusus untuk laboratorium pribadi seperti cita-cita saya ketika SMP dulu!
So, what should i do now? Gimana nih caranya biar bisa tetap fokus dan bisa berpikir ditengah keramaian seperti ini? Karena kalo nunggu labnya jadi itu kelamaan! keburu dipecat saya, hahaha. Any suggestion?
Jumat, 07 Maret 2014
Eksploitasi Wanita
Sekarang wanita yang mengeksploitasi dirinya sendiri.
iki piye toh? dunia macam apa?
Wanita itu sebenarnya tidak bodoh, hanya saja di era modern ini mereka lebih suka terlihat bodoh. Karena bodoh itu bikin tenar! Ya nggak?
Entahlah sering sekali saya heran dengan kebanyakan wanita yang mau-maunya dieksploitasi apalagi mengeksploitasi dirinya sendiri.
Marah! Siapa yang tidak marah?
Mungkin hanya saya saja yang marah, tetapi tidak dengan para lelaki yang "sangat menikmati" ini.
Sekarang mari kita lihat, berapa banyak sih iklan yang tidak menampilkan kaum hawa?
Coba deh dihitung! mungkin hanya satu, dua jari kita yang mengacung.
Bahkan iklan-iklan spare part mobil motor juga tak jarang memamerkan paha-dada wanita.
Iklan rokok, iklan parfum lelaki, iklan bahan bangunan, iklan apalagi? Masih banyak! Yang nggak nyambung-nyambungnya sama wanita tetapi memamerkan (sekali lagi) paha-dada wanita.
Bahkan sekarang ini paha-dada wanita itu lebih murah dari pada paha-dada ayam. Gratis!! Seliweran dimana-mana. #so sad :(
Kamis, 06 Maret 2014
Nasihat Imam Ghazali
Ketika murid-muridnya sudah terkumpul. Imam Ghazali memberikan suatu pertanyaan. “Apa yang Paling DEKAT?”. Para murid ada yang menjawab keluarga, istri, sanak saudara, dan kerabat. Imam Ghazali membenarkan hal itu. “yang paling dekat adalah KEMATIAN” jawab Imam Ghazali. Dalam Al-Qur’an diterangkan bahwa setiap yang bernyawa pasti merasakan MATI. Jadi yang namanya mati sudah menjadi suatu hal yang pasti dan dekat sehingga tidak bisa ditolak lagi
Pertanyaan berikutnya “Apa yang paling JAUH?”. Para murid Imam Ghazali ada yang menjawab langit, china, negeri seberang, dsb. Imam Ghazali membenarkan hal tersebut sehingga beliau mengucapkan “yang paling jauh itu adalah MASA LALU“. Begitu banyak hal yang sudah terlewati. Dari semenjak kita lahir di dunia, hingga dewasa saat ini. Begitu banyak pula suatu kejadian dan pengalaman yang kita alami. Hal itu tidaklah mungkin akan kita rasakan kembali atau kita ulangi lagi. Maka dari itu, masa lalu merupakan sesuatu yang sangat jauh sehingga sangat sulit kita untuk gapai lagi.
Berikutnya Imam Ghazali bertanya lagi, “Apa yang paling BESAR?”. Para murid ada yang menjawab gajah, atau binatang-binatang besar lainnya. Imam Ghazali membenarkan kembali jawab para muridnya sambil mengucapkan, “yang paling besar adalah NAFSU“. Ada yang menuhankan nafsunya hingga tidak malu lagi untuk berbuat yang dikatakannya benar padahal jika diteliti lagi malah salah dan hampir dikatakan benar-benar melenceng dari kebenaran. Rasulullah SAW pernah bersabda yang intinya bahwa Jihad sekarang adalah melawan hawa nafsu. Begitu besarnya hingga melawan nafsu dikatakan sebagai jihad. Dengan nafsu ini pun kita bisa melupakan Tuhan kita.
Selanjutnya Imam Ghazali memberikan pertanyaan kembali kepada murid-muridnya. “Apa yang paling BERAT?”. Ada yang menjawab Gunung, Bukit, dan lain sebagainya, “yang paling berat adalah MEMEGANG AMANAH“. Amanah atau tanggung jawab harus kita tunaikan sesuai dengan porsi dan kadarnya, sehingga tidak ada yang merasa terdzhalimi karena salah memperlakukan amanah. Bila tidak berhati-hati terhadap amanah yang telah diberikan, kemungkinan besar kita tidak lagi menjadi muslim yang bisa dipercaya. Apalagi amanah ini akan dipertanggungjawabkan kepada Allah nanti di Yaumul Mizan. Sehingga memegang amanah sangat berat dibanding dengan memikul gunung bila kita tidak benar-benar menunaikannya dengan pas.
“Apa yang paling RINGAN?”, tanya Imam Ghazali lagi kepada murid-muridnya. Murid-muridnya ada yang menjawab kapas, dan lain-lain. Imam Ghazali lagi-lagi membenarkan ucapan para muridnya. “yang paling ringan adalah MENINGGALKAN SHALAT“. Iya, bila kita lihat keadaan sekarang. Umat muslim di Indonesia khususnya. Kita bisa melihat fenomena Islam KTP, Islam yang tercantum di KTP saja tapi pengamalan ibadahnya tidak ada sama sekali, seperti shalat atau mengaji. Bahkan ada yang dengan mudahnya menggampakan shalat. dan sampai-sampai banyak pula yang meninggalkan shalat. Fenomena inilah yang memang pantas kita sebut sesuatu yang ringan.
Pertanyaan terkahir yang dilontarkan Imam Ghazali untuk murid-muridnya adalah “Apa yang paling TAJAM?”. Para murid menjawab Pisau, Pedang, dan alat potong lainnya. Imam Ghazali membenarkan hal tersebut. Imam Ghazali berkata “yang paling tajam adalah LISAN“. Lisan bisa menusuk hati saudara-saudara kita, tanpa kita niati dan sadari. Lisan ini lebih tajam dari pedang, hasil tusukannya tidak dengan mudah kita obati. Bila pedang menusuk orang bisa disembuhkan dengan obat-obatan. Tapi bila hati sudah tertusuk oleh lisan, maka sangat susah dan sulit untuk diobati. Bisa diobati pun terkadang cukup lama dan masih teringat ucapan-ucapan yang menyakitkan. Untuk itu kita patut menjaga Lisan ini yang lebih tajam dari pisau atau pedang.
Selasa, 04 Maret 2014
Nyastra
8 Nasihat Umar bin Khattab
Semoga ALLAH mengampuni kita,dan menghapuskan kita dari segala dosa yang telah lalu.